Thursday, December 22, 2005

Aku Memang Hijau

Diposkan oleh ummina daffawwaz di 10:54 AM 0 komentar
Beberapa bulan yang lalu iseng-iseng aku ikut kuis di web.tickle.com. Pas lihat hasilnya, ternyata kepribadianku tuh diibaratkan batu yang berwarna hijau (kayaknya Saphire deh...)

Trus... enam bulan yang lalu, sewaktu kami melakukan sedikit renovasi rumah, suamiku menyerahkan urusan warna cat dinding dalam rumah kepadaku. Eh.. aku pilih warna hijau kayak rumah dinas tentara dengan sedikit sentuhan merah.

Bulan November aku coba-coba bikin blog sendiri dan kupilih skin bulet-bulet hijau. Karena kurang sreg, kuganti lagi dengan skin yang sekarang. Hijau lagi kan... Ini juga masih pengen diubah lagi. Tapi... tetep yang hijau-hijau gitu.

Beberapa hari yang lalu iseng buka blognya Yna, trus ada kuis what color is your brain. Coba ah... Jawab..jawab..jawab... Hasilnya: hijau lagi.

Green
What Color is Your Brain?

brought to you by Quizilla

Tuesday, December 20, 2005

Public Transportation

Diposkan oleh ummina daffawwaz di 7:35 AM 1 komentar
Minggu, 18 Desember adalah hari yang kami rencanakan untuk mengenalkan Daffa pada transportasi massa.

Pagi-pagi kami keluar rumah naik angkot D01 ke Terminal Lebak Bulus. Sesampai di sana kami naik bus Deborah jurusan Depok (bus kenangan suamiku) ongkosnya jauh dekat Rp.3000,-. Ketika bus mulai berjalan, tiga orang anak kecil (usianya sekitar 6 tahun dan 3 tahun) mulai menyanyikan sebuah lagu yang aku sendiri belum pernah mendengarnya. Miris hatiku melihat mereka. Mestinya mereka sedang bermain atau berada di pelukan kedua orang tuanya seperti Daffa saat ini. Tapi mereka harus berjuang untuk hidup, naik turun dari satu bus ke bus lainnya.

Kami tidak ikut sampai ke Depok, tapi hanya turun di Stasiun Tanjung Barat. Di stasiun kami membayar Rp.2.000,-/orang untuk mendapatkan tiket kereta listrik kelas ekonomi ke Bogor. Tak menunggu sampai 10 menit kereta yang kami tunggu datang. Penuh memang, sehingga kami harus berdiri. Sebentar kemudian kereta mulai berjalan dari satu stasiun ke stasiun lain. Di stasiun UI kami sudah mendapatkan tempat duduk.

Ketika sampai di stasiun Depok Lama, seorang Bapak yang duduk di sebelahku berkata,"Kereta ini cuma sampai Depok."
"Lho kok gini sih?" tanya suamiku.
Setelah mendengar percakapan para penumpang aku menyimpulkan,"Ini kereta jurusan Depok-Tanah Abang. Ya pantes kalo berhenti di sini. Kita aja yang salah naik karena kurang memperhatikan pengumuman di stasiun Tanjung Barat tadi."

Sambil menunggu kereta yang ke Bogor kami berjalan-jalan melihat pedagang-pedagang berlalu lalang. Pemandangan ini menguatkan perasaanku bahwa orang Indonesia sebenarnya masih banyak yang mau bekerja keras. Aku tidak tahu berapa untung seorang pedagang jepit rambut, atau kakek-kakek yang sibuk menawarkan makanan anak-anak.

Petugas stasiun mengumumkan bahwa kereta jurusan Bogor telah tiba. Kami pun segera memasuki gerbong. Namun kereta berhenti lebih lama, ternyata karena petugas menyuruh anak-anak yang menaiki atap gerbong untuk turun dahulu. (Beraninya mereka, padahal sudah banyak korban jatuh dan tersengat listrik di atap kereta).

Perjalanan kami berlanjut menyusuri stasiun Citayam, Bojong Gede, Cilebut, dan... Bogor.

Kami cuma sebentar di Bogor. Hanya mengunjungi museum Zoologi (harga tiket cuma Rp.1.500,-/orang!) dan makan siomay.

Jam 11.00 kami sudah siap berangkat dengan bus AC dari terminal Baranangsiang menuju Lebak Bulus (ongkosnya Rp.9.000,-/orang). Perjalanan pulang kami cukup cepat, karena dari terminal Baranangsiang langsung masuk Tol Jagorawi dan Tol Pondok Indah. Setengah jam kemudian kami sudah berada di terminal Lebak Bulus.

Dan... tepat saat adzan Dhuhur kami sudah tiba di rumah.

Huu.. huu.. kasihan si Fawwaz ditinggalin di rumah. Sabaar ya nak, nanti kalo sudah besar ummi ajak kamu juga.

Tuesday, December 13, 2005

Ah Namanya Juga Anak-Anak

Diposkan oleh ummina daffawwaz di 8:37 AM 2 komentar
Dua kali Daffa membuat muka suamiku memerah karena malu.

Pertama kali waktu kami ke rumah sakit untuk mengantar Fawwaz imunisasi HIB. Karena sudah terdengar adzan, Daffa dan Abinya kusuruh shalat dhuhur dulu. Sementara aku dan Fawwaz menunggu giliran masuk ke ruang dokter. Tak lama kemudian nama Fawwaz dipanggil, dan masuklah kami berdua bertemu DSA-nya. Jus.. jus... nangis dikit, selesailah ritual imunisasi. Lalu aku ke kasir untuk membayar biayanya.

Selasai membayar, ternyata Daffa dan Abinya sudah selesai shalat. Kutanya dia, "Abang sudah shalat sama Abi ya?"
Jawabnya, "Sudah, Mi. Begini lho..." Tanpa diduga dia langsung mempraktekkan gerakan shalat di ruang tunggu apotik rumah sakit yang dipenuhi orang-orang. takbir, ruku', sujud....
"Sudah Bang. Ummi kan cuma tanya, bukan nyuruh Abang shalat lagi", kataku.
Eh.... saat kucari-cari, tenyata suamiku sudah ngloyor ke parkiran, tengsin. Selama perjalanan pulang dia tertawa geli mengingat kelakuan anaknya. Ye... gimana sih, di sini aja ketawa. Tadi kami ditinggalin gitu aja.

Kejadian kedua adalah ketika kami kondangan penikahan Rury di Museum Satria Mandala. Acaranya menggunakan adat Jawa yang amat Jawa (apa maksudnya?) Pokoknya semua serba pelan dan lembut. Para tamu dan penerima tamu tampak jaim dan tenang. Eh si Daffa tiba-tiba berteriak..
"Abi ada air mancur!! Asyik...."

Tak berhenti di situ, dia mulai merengek-rengek minta ini itu. Yah... belum sempat menikmati hidangan atau ber haha hihi dengan teman-teman, suamiku ngajak pulang karena takut Daffa ngambek dan mengeluarkan jurus tangisnya.

"Ah... Namanya juga anak-anak... Bang. Mau apa juga enak. Tinggal bilang doang," kataku pelan.(Kucomot dari sebuah lagu anak-anak, makacih ya pak/bu pencipta karena membantu saya tenang menghadapi anak-anak)

Tuesday, December 06, 2005

Ke Sekolah Alam

Diposkan oleh ummina daffawwaz di 4:36 PM 2 komentar
Awal Desember aku ambil 3 hari cuti di hari Kamis, Jumat, dan Senin.
Hari kamis pagi Daffa aku antar ke sekolah, seperti biasanya dia agak ngambek ketika mau ditinggal. Tapi kali ini tidak terlalu lama. Agaknya Daffa sudah mulai "matang". Maksudku, meskipun dia kecewa tapi dia tahu bahwa aku memang harus meninggalkannya.

Pulangnya aku jemput bareng suamiku, mampir sebentar ke rumah neneknya.

Setelah itu.... eng... ing.. eng... jalanlah kami bertiga ke Ciganjur. Kuingatkan suamiku untuk mereset counter km di mobil supaya kami dapat mengetahui berapa jarak Sekolah Alam dari rumah kami.

Suasana mendung hari itu, jadi meskipun tengah hari kami merasa tetep adem. Tak terasa sudah sekitar 15 km kami berjalan menyusuri tol TB Simatupang, Cilandak, Ragunan, dan Ciganjur. Suasana masih adem... seperti di puncak.

Sesampai di Jl.H.Montong (durian kali ye)hatiku deg-degan. Sebentar lagi aku sampai ke sekolah impianku. Memang impianku sejak aku masih SMA sepuluh tahun yang lalu. Begitu juga kata Asep, temen kerjaku yang bilang bahwa kalau aku dilahirkan kembali pasti aku minta sekolah di Sekolah Alam.

Tak lama kemudian kami menjumpai sebuah sekolah dengan pagar bambu yang cukup sederhana. Dari balik pagar dan rimbunnya pepohonan terdengar suara riuh anak-anak yang sedang mengambil air wudhu. O, ya ketika sampai di sana, tepat masuk waktu untuk shalat dhuhur.

Suamiku bilang "Daff, kamu mau sekolah di sini?" Eh Daffa nyaut,"Mau"

Keceriaan tampak di wajah anak-anak yang berlarian menuju ke masjid karena tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Kami berteduh di dekat Office sambil menunggu seseorang yang bisa kami tanyai eh minta informasi.

Waktu shalat dhuhur selesai kami dipersilakan masuk ruang Office. Hujan masih membasahi Ciganjur, terlihat beberapa anak asyik menikmati guyuran air hujan.
"Mereka memang boleh bermain hujan di sini, asalkan membawa baju ganti" kata guru yang kami temui.

Kami pun membicarakan tentang keinginan kami memasukkan Daffa di Playgroup tahun ajaran depan (2006/2007). Lalu diinformasikan bahwa pendaftaran biasanya dimulai pada minggu ketiga bulan Januari. Tapi ibu Guru (aduh aku lupa namanya...) mengatakan bahwa jumlah kursi yang tersedia sangat sedikit jika dibandingkan peminatnya. Tak heran ketika ada orang tua murid yang mengaku bahwa yang dapat membuat anaknya bergabung di Sekolah Alam adalah kekuatan doa.

Di sela-sela obrolan kami, Daffa tampaknya tertari sekali dengan risoles yang dihidangkan di atas meja. Dia berbisik kepadaku, bahwa dia ingin makan risoles itu. Untunglah bu Guru cukup tanggap sehingga menawari Daffa dan menyuruhnya mengambil sepotong.

Ketika hujan berhenti, kami pun pamit untuk pulang. Di mobil, dengan antusias suamiku meminta risoles yang sedang dipegang Daffa. Ihhh malu-maluin aja...
Rebutan sama anak kecil. Tadi di sana nggak mau minta sama bu Guru.

Yah begitulah... Kami berharap Allah mentakdirkan Daffa bergabung di Sekolah Alam.
 

sanifamily Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez