Tuesday, April 05, 2011

Renungan Tentang Gaya Hidup

Diposkan oleh ummina daffawwaz di 11:44 AM 0 komentar
Judul asli artikel ini adalah : Ketika Melinda dan Selly Memilih Jalan Pintas

Kedua wanita ini sangat terkenal beberapa hari terakhir ini karena aksi penipuan yang dilakukannya.

KOMPAS.com - Uang, kekuasaan, dan wanita (juga pria), menjadi kelemahan manusia. Manusia semakin terlemahkan ketika gaya hidup menjadi fokus dalam hidupnya. Kelemahan yang manusiawi ini membuat seseorang semakin terpuruk dalam hidupnya saat karakter dan integritas tak lagi dijaga. Inilah yang terjadi pada tersangka kasus dugaan pembobolan dana nasabah Citibank, Melinda Dee (47), maupun dugaan penipuan yang dilakukan Selly Yustiawati (25).

"Seseorang bisa mencapai puncak dengan kharisma, skill, dan pengetahuan. Namun seseorang hanya bisa bertahan di puncak kesuksesan karena memiliki karakter dan integritas," jelas motivator termuda di Asia, Bong Chandra, kepada Kompas Female.

Peristiwa dan tindakan kriminal yang dilakukan Melinda dan Selly, menunjukkan bagaimana kelemahan manusia membawa kedua perempuan ini terjerat dalam kasus hukum, sekaligus mencoreng reputasinya. Menurut Bong, individu yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu cenderung tipikal orang yang senang dengan jalan pintas. Padahal jalan pintas berisiko tinggi, dan sesuatu yang didapatkan cepat maka akan cepat juga lenyapnya.

"Cepat di sini bukan ukuran waktu, berapa lama mendapatkan, tetapi lebih kepada cepat dalam mendapatkan sesuatu tersebut," jelas Bong.

Meskipun memahami bahwa jalan pintas berisiko, menurutnya, seseorang masih saja menjalaninya karena memang uang, kekuasaan, dan wanita (pria) bisa melemahkan seseorang. Jalan pintas kerapkali dipilih mencapai "sukses", karena fokus individu lebih kepada pemenuhan gaya hidup bukan kepada upaya menjadikan dirinya sejahtera dan bahagia.

"Fokus orang yang menghalalkan segala cara lebih kepada lifestyle, bukan wealth," lanjutnya.

Lebih jauh Bong menjelaskan, seseorang yang fokus pada gaya hidup, cenderung terjebak kesenangan. Sementara, milyuner sejati justru memiliki gaya hidup yang tak berlebihan. Ia lalu berkisah bagaimana penulis buku The Millionaire Next Door mewawancara 300 milyuner di Amerika untuk bukunya. Hasilnya, ditemukan bahwa orang kaya suka menawar harga, membeli barang diskon, membeli mobil bekas atau mobil Jepang atau Korea yang lebih murah daripada mobil Eropa.

"Hasil wawancara ini menampar paradigma yang ada, bahwa orang kaya punya gaya hidup yang tidak bagus. Sementara, mereka yang fokus pada gaya hidup, terlihat kaya namun berutang, korupsi, dan memiliki utang kartu kredit. Sebaliknya, orang kaya memiliki gaya biasa saja namun memiliki banyak properti dan berbagai bisnis," jelas Bong.

Kasus yang terjadi pada Melinda dan Selly, kata Bong, menjadi pembelajaran bagi semua orang yang punya kelemahan yang sama. Karenanya, tugas anak muda di antaranya belajar menunda kesenangan dan jangan terjebak di dalamnya, tegas Bong.

"Kejarlah penderitaan sementara dan tunda kesenangan. Kita harus fokus dengan hasil akhir sambil menikmati proses, tetapi jangan fokus pada proses. Misalnya, tak harus mengganti motor ke mobil, tak apa menderita sementara, asalkan cicilan properti terbayarkan. Berhemat dua tahun, misalnya, dengan masih berkendara motor tetapi di sisi lain properti terbayarkan," Bong menyontohkan.

Agar menikmati proses, sesulit apapun kondisinya, seseorang perlu melihat proses tersebut sebagai cara bertumbuh sebagai manusia.

"Saat Anda merasa tak nyaman dengan suatu kondisi, itulah saatnya Anda bertumbuh sebagai manusia. Ketidaknyamanan sama dengan pertumbuhan. Ini caranya menikmati proses. Sementara kenyamanan membuat seseorang tidak bertumbuh. Korupsi membuat sebagian orang nyaman namun ia tidak bertumbuh," tandasnya.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

 

sanifamily Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez